Jumat, 03 September 2010

Kerangka Berpikir Ilmiah: Suatu Keterkaitan

Goresan : Sukrin Thaib

A. Ilmu dan Logika
1. Logika: Sebuah Pengertian
Kata “logika” sering terdengar dalam wacana publik, biasanya dalam konteks “menurut akal”, seperti seseorang berkata: “langkah yang diambilnya itu logis”. Dan ungkapan tersebut, terma logika dapat diartikan: Pertama, logika ialah hukum untuk berpikir tepat; Kedua, 1ogika berarti suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran; dan Ketiga, logika adalah hukum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan membimbing seseorang mencapai konklusi yang tepat.
Dan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa logika adalah metode berpikir secara tepat. Sekalipun maksud logika membentuk pengetahuan yang tepat dengan jaan berpikir, namun tujuan akhimya adalah menghasilkan pengetahuan yang benar. Untuk mendapatkah pengetahuan yang benar, dibutuhkan bahan-bahan yang benar. Pengetahuan yang benar adalah pengetahauan yang sesual denagan objek yang riil.
2. Logika: Suatu Kerangka
a. Pengertian
Terma “Pengertian” seringkali diidentikkan dengan “konsep”, yang dimaksud dengan “konsep” ialah tanggapan atau gambaran yang dibentuk oleh akal pikiran tentang kenyataan yang dimengerti, atau merupakan basil pengetahuan manusia mengenai aspek atau beberapa aspek realitas.
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa “pengertian” adalah suatu yang bersifat abstrak, untuk menunjukkan pengertian harus diganti dengan lambang. Lambang pengertian yang paling umum digunakan adalah “bahasa”, Pengertian dapat diperoleh dengan jalan pengamatan atau observasi oleh indera. Dan kemudian dan data empirik tersebut diproses oleh akal pikiran dan muncullah apa yang dinamakan “pengertian”.
b. Proposisi
“Proposisi” disebut pula dengan “pernyataan”, sedangkan “pernyataan” adalah rangkaian dan pengertian-pengentian yang dibentuk oleh akal pikiran atau merupakan pernyataan mengenai hubungan yang terdapat di antara dua buah terma. Kedua terma itu terdiri dan subjek dan predikat. Dalam proposisi, predikat dihubungkan dengan subyek, oleh karena itu proposisi terbagi ke dalam dua kategori, yaitu “proposisi hipotetik” dan “proposisi kategorik”. Proposisi hipotetik adalah apabila hubungan subyek dengan predikat bergantung pada syarat yang dipenuhi. Misalnya jika Sokrates lulus akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Sementara proposisi kategorik adalah apabila hubungan subyek dengan predikat tanpa syarat. Misalnya: Harimau itu bertaring?

c. Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik konklusi yang bempa pengetahuan. Agar pengetahuan mempunyai bobot kebenaran, maka proses pemikiran hams dilakukan dengan metode-metode tertentu. Dalam penalaran, proposisi-proposisi yang menjadi penyimpulan disebut premis sedangkan kesimpulannya disebut konklusi. Misalnya:
Logam A dipanasi dan memuai
Logam B dipanasi dan memuai
Logam C dipanasi dan memuai
Dan seterusnya, jadi setiap logam dipanasi akan mernuai.
3. Penalaran dan Proses Berpikir: Suatu Urgensi
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalarn menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan aktivitas berpikir dan bukan dengan penalaran. Sebagai aktivitas berpikir, maka penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, adanya suatu pala berpikir yang secara luas dapat disebut logika atau setiap bentuk penalaran ada logikanya sendiri. Kedua, analitik dan proses berpikirnya, penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyadarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yan.g dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersambung.
4. Peranan Logika dalam Penataran
Penalaran merupakan proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilandasi proses tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap solid, manakala proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan mi disebut “logika”. Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara solid”.
Beragam cara dan pendekatan untuk sampai kepada kesimpulan, namun sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan din pada penalaran ilmiah, maka penlu mengadakan penelaahan pada dua jenis penanikan kesimpulan berikut, yakni penalaran induktif dan penalaran deduktif.
5. Peranan Logika bagi Ilmu
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh, binatang mempunyai pengetahuan namun pengetahuan yang dimilikinya terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Sedangkan manusia rnengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan hidupnya. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia tentunya diperoleh melalui proses penalaran atau berpikir.
Pengetahuan yang dimiliki manusia dapat dikembangkan lebih jauh disebabkan oleh dua hal: Pertama, manusia mempuanyai dua bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran nielalui menengok latar belakang informasi tersebut; dan Kedua, manusia memiliki kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka jalan pikiran, yang secara garis besar berpikir seperti itu disebut penalaran. Dengan demikian ada dua kelebihan yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir, pengetahuannya akan menjadi suatu ilmu apabila melalui proses berpikir yang ilmiah, karena tidak ada ilmu yan tidak menggunakan proses panalaran dan proses logika.

B. Ilmu dan Statistika
1. Statistika: Suatu Definisi
Secara khusus, “statistika” diartikan sebagai “suatu kumpulan angka-angka mengenai suatu keadaan tertentu dan kehidupan masyarakat. Arti statistika secara sempit mi lebih berkaitan data-data kuantitatif, sedangkan statistika dalam arti yang luas adalah suatu ilmu yang mempelajari cara pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data dalam pengambilan “keputusan” kesimpulan berdasarkan hasil penelitian. Kemudian ada sebagian orang yang memandang statistika sebagai ilmu dan kegiatan. Sebagai ilmu adalah cabang “ilmu pengetahuan pembantu” (auxiliary science) yang membantu cabang ilmu lainnya dalam mengadakan kesimpulan sehuhungan kekurangpastian yang dihadapi. Sedangkan statistik sebagai sebuah kegiatan yang membantu kegiatan lain dalam mengadakan kepastian/ketentuan sehubungan kekurang pastian yang dihadapi.”
Dan paparan tersebut, dapatlah dikatakan bahwa statistik tidak hanya sebuah kumpulan dari angka yang menjelaskan suatu keadaan, namun mencakup juga ui-titan dalam menarik kesimpuan dari data yang diperoleh.
2. Pembagian Statistik
Dan segi tingkat pekerjaah yang dilakukan, maka statistik dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu Pertama, Statistik Deskript bagian statistik yang membicarakan mengenai penyusunan data ke dalam suatu daftar pembuatan grafik yang tidak menyangkut proses penarikan kesimpulan atau pembuatan generalisasi; dan Kedua, Statistik Induktif semua aturan dan cara yang dipakai sebagai alat di dalam mencoba menarik kesimpulan yang berlaku umum dan data yang sudah disusun dan diolah sebelumnya.
Melalul statistik induktif, setidaknya dapat ditemukan keterangan yang berlaku umum, yaitu membuat generalisasi dan data yang dihadapi, Sebagai sebuah ilustrasi, misalkan seorang guru dalam mata pelajaran X di suatu sekolah mengamati suatu tingkat kelas di sekolah itu, yang terbagi menjadi dua kelompok, pertama siswa yang masuk pagi dan yang masuk siang, kemudian mengamati angka-angka hasil ujian dan masing-masing kelompok. Jika guru itu hanya berhenti hingga di situ, maka pekerjaan baru sampai pada wilayah statistik deskriptif Namun bila guru itu setelah mengetahui hasil rata-rata masing-masing kelompok dan sampai pada kesimpulan bahwa salah satu dan dua kelompok itu lebih pandai atau sebaliknya, maka dia telah sampai pada wilayah statistik induktif.
Sementara itu ada yang membedakan statistik berdasarkan bidang kajian, yaitu: Pertama, Statistik Teoritik: merupakan pengetahuan yang mengkaji dasar-dasar teori statistik, dimulai dad teori penarikan, contoh distribusi, penarikan dan peluang; dan Kedua, Statistik Terapan: yaitu penggunaan statistik teoritis yang disesuaikan dengan bidang terapannya. Sebagai salah satu contohnya bagaimana cara menghitung harga rata-rata.
Kendatipun demikian beragamnya kerangka teoni statistik, namun yang menjadi dasar statistik adalah teori peluang. Dan yang menjadi karakteristiknya adalah cenderung pada pola berpikir induktif. Sebagai contoh: pada musim hujan pada beherapa tahun yang lalu banyak jenis tumbuhan yang berbuah, dari kondisi ini (sebagai suatu premis) maka dapatlah dibuat suatu generalisasi berdasar teori peluang, bahwa musim hujan yang akan datang tanaman buah-buahan itu akan memiliki peluang untuk berbuah kembali. Karakteristiknya yang lain adalah generalisasi ditarik dari data-data yang lebih bçrsifat kuantitatif.
3. Statistik dan limit: Suatu Korelasi
Kegiatan-kegiatan ilmiah memerlukan adanya penelitian. Yang berguna untuk pengujian suatu hipotesis yang diajukan. Kebenaran suatu hipotesis hams didukung dengan adanya fakta-fakta yang disusun menjadi data yang diperoleh melalui penelitian ilmiah itu, di mana statistik menempati posisi yang penting dalam sebuah penelitian yang dilakukan, seperti tergambar dalam contoh di atas, di mana seorang guru dapat menarik kesimpulan berdasarkan data statistik yang dia peroleh dari penelitian.
Malahan, bila ternyata suatu hipotesis didukung oleh data-data yang otentik, maka ia akan bisa menjadi bagian dan khasanah ilmu yang ada. Di situ tampak bagaimana pentingnya statistik terhadap ilmu. Pada bagian itu dapat dilihat bagaimana hubungan statistik terhadap ilmu dan segi:
a. Fungsi Statistik, yaitu pertama, memberi dan meningkatkan penelitian pengamatan untuk menarik kesimpulan (secara kuantitatif) dalam kajian ilrniah; dan Kedua, membantu dalam membuat generalisasi.
b. Posisi Statistik yang benkedudukan sebagai (1) sarana untuk berproses pengetahuan secara ilmiah; (2) salah satu metode ilmu; dan (3) sebagai salah satu ilmu bantu.
c. Sumbanah Statistik adalah (1) memberi sifat pragmatis dalam kegiatan ilmiah. Berdasar pada kesadaran bahwa suatu kebenaran absolut tidak mungkin dapat diperoleh, maka dan itu kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan statistik sudah dianggap sah adanya; dan Kedua, bagian ilmiah dapat berlangsung secara lebib ekonomis.
d. Peran Statistik. Dalam kegiatan ilmiah, suatu hipotesis akan diterima sebagai suatu kebenaran ilmiah bila telah melalui beberapa tingkat dalam suatu penelitian. Di mana tingkat terakhirnya berupa proses verifikasi. Peran statistik dalam hal mi adalah untuk menguji sesuatu objek agar Iebih mendekati kebenaran, apakah hipotesis itu sesuai realita atau tidak. Tegasnya, statistik ikut berperan dalam peningkatan derajat kredibilitas ilmiah.



C. Ilmu dan Matematika
1. Matematika: Suata Pengertian
Kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani “mathemata” yang artinya “sesuatu yang dipelajari”. Matematika adalah studi tentang bilangan-bilangan dan kumpulan (seperangkat) angka. Bidang kajian matematika adalah ukuran, urutan, bentuk, dan sesuatu yang berhubungan dengan kuantitas. Bahkan cakupan wilayah rnatematika tidak harnya terbatas pada studi bilangan-bilangan dan ruang an sich, tetapi juga meliputi astronomi dan musik).
Terlepas dari pandangannya yang mungkin bersebebrangan dengan para pakar eksakta, tapi menurut Solly Lubis, bila ditinjau dari epistimologi ilmu, matematika ternyata bukan ilmu, melainkan merupakan bahasa artificial yang eksak, cermat dan bebas dan emosi. Hal senada juga disampaikan oleh Jujun S. Suriasumantri, bahwa matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang dari matematika itu bersifa artificial (buatan) yang barru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan pathnya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati, tidak berarti.
Kendatipun pandangan terhadap matematika tidak luput dari pro dan kontra dalam konteks ilmiah, namun mesti diakui bahwa dalarn berbagai hal, matematika dianggap sebagai bahasa; seni; ilmu, alat, dan permainan.
2. Karakteristik Maternatika
Matematika adalab ilmu logika penalaran, yang kesimpulannya valid karena dicapai dan seperangkat aksioma-aksioma. Dengan begitu, karakteristik dari matematika itu sendiri adalah deduktif/Laksiomatis, yaitu pengambilan kesimpulan dan hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus dan kebenarannya tidak penlu dibuktikan lagi.
Secara substansial, kebenaran niatematika adalah konsistensi dab berbagai postulat, definisi dan berbagai aturan permainan lain. Untuk itu, matematika tidak bersifat tunggal, melainkan jamak. Matematika bukan merupakan pengetahuan mengenai objek tertentu, melainkan cara berfikir untuk mendapatkan pengetahuan.
3. Fungsi Matematika
Berkenaan dengan fungsi matematika, setidaknya meliputi dua hal, yaitu sebagai bahasa dan alat berpikir. Sebagai bahasa, matematika adalah bahasa dan ilmu (the language of science,). Matematika merupakan alternatif dalam mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa. Karena matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional dan bahasa verbal (bahasa lisan). Lambang-lambang dan matematika dibikin secara artificial (buatan) dan individual yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang sedang dikaji.
Dalam konteks ilmiah, matematika memiliki peran berbagai bahasa simbolik yang memungkinkan terealisasi yang cermat dan tepat. Matematika bukan saja menyampaikan informasi secara jelas dan tepat, namun juga singkat. Sebagaimana yang dikatakan Moris Kline bahwa, ciri matematika sebagai bahasa bersifat ekonomis dalam penggunaan kata-kata.
Sebagai alat berpikir, menurut Wittegenstein, matematika adalah metode berfikir logis. Matematika merupakan inti sari pemikiran rasional dan logis, karena ilmu merupakan pengetahuan yang mendasarkan kepada analisis dalam menarik kesimpulan menurut suatu pola berpikir tertentu. Pendapat mi diperkuat oleh Bertrand Russel yang mengatakan bahwa “inatematika adalah masa kedewasaan logika, sedangkan logika adalah inasa kecil matematika”. Dengan kata lain, “Ilmu Kualitatif adalah masa masa kecil dari ilmu kuantitatif, sedangkan ilmu kuantitatif merupakan masa dewasa ilmu kualitatif”, Karena matematika pada dasarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif. Namun begitu, matematika tidak dapat menggantikan logika dalam kemampuannya membentuk pemikiran yang cermat, karena kurang mendapat pendidikan dan latihan yang kerap dan ketat dalam soal logika, tandas John Stuart Mill. Kebenaran maternatika itu tidak ditentukan oleh pembentukan secara empiris sebagaimana ilmu-ilmu sosial, melainkan melalui proses penalaran deduktif. Dalam penarikan kesimpulan secara deduktif matematika biasanya menggunakan pola berfikir silogisme. Misalnya, apabila 2 + 2 = 4 dan 4 = 5— 1, maka 2 + 2 = 5— 1.
4. Sumbangan Matematikan bag! Ilmu
Apabila dibandingkan dengan bahasa verbal misalnya, ternyata matematika memiliki kelebihan. Hal ini karena bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif, sedangkan niatematika mampu melakukan pengukuran secara kuantitatif
Dalam perkembangannya, ilmu dapat dibagi pada tiga tahap, yakni tahap sistematik (penggolongan objek empiris ke dalam kategori-kategori tertentu), tahap komparatif (perbandingan antara objek yang sama dengan objek yang lain, dan seterusnya) dan tahap kuantitatif (mencari hubungan sebab akibat yang tidak lagi berdasarkan perbandingan, melainkan berdasarkan pengukuran secara eksak dan objek yang sedang diselidiki). Pada tahap sistëmatika dan komparatif, ilmu-ilmu rnasih dapat menggunakan bahasa verbal, sedangkan pada tahap ketiga (kuantitatif), ilmu harus memakai kajian matematika. Karena sifat kuantitatif dan matematika itu sendiri dapat meningkatkan daya prediktif (ramal) dan kontrol dad ilmu. Melalui matematika, ilmu rnemungkinkan untuk berkemb4ng dad tahap kualitatif ke kuantitatif Dengan kata lain, matematika membantu melahirkan prediksi-prediksi, membantu komunikasi dengan singkat dan cermat. Selain itu, dengan menggunakan matematika, pengetahuan bisa didapatkan secara deduktif. Karena berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.
Dengan demikian, matematika mempunyai sumbangan yang besar bagi perkembangan ilmu secara tepat, tanpa matematika, pengetahuan akan berhenti dan tanpa pendekatan kuantitatif, tidak memungkinkan mengikutkan penalarannya Iebih jauh. Begitu juga dalam bidang keilmuan modern, matematika adalah suatu yang sangat penting (imperatif) bagi sarana untuk meningkatkan kemampuan penalaran deduktif. Karena, bagaimanapun juga, semua bidang ilmu dalam berbagai kajiannya, bila telah menginjak kedewasaan, mau tidak mau akan bersifat kuantitatif. Selain itu, studi matematika juga dapat bermanfaat untuk melakukan segala sesuatu dalam beberapa pengertian yang sama sebagai studi sejarah, literatur atau musik.
D. Ilmu dan Bahasa
Manusia adalah makhluk yang paling unik dibandingkan dengan makhlukrnakhluk lain di dunia. Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuan “berbahasa”. Dalam hal ini Ernst Cassirer menyebut manusia sebagal animal simbolikum, makhluk yang rnenggunakan simbol, yang secara generik mempunyai cakupan yang lebih luas dan homo sapiens, yakni makhluk yang berpikir.
Bahasa merupakan kumpulan simbol, sehingga dengan kemampuan berbahasa tersebut rnanusia dapat menangkap simbol-simbol yang ada guna kegiatan berpikirnya yang sistemtis. Kemampuan berbahasa pada diri manusia merupakan lambang kebudayaannya, sebab tanpa bahasa, komunikasi antar generasi penerus tidak tersosialisasi.
1. Bahasa: Suatu Pengertian
Bahasa adalah kata-kata yang digunakan sebagai alat oleh manusia untuk menyatakan atau melukiskan suatu kehendak, pearsaan, pikiran, pengalaman, terutama dalam hubungannya dengan manusia lain.
2. Karakteristik Bahasa
Tentang karakteristik suatu bahasa, menurut Archibal A. Hill, setidaknya meliputi beberapa hal, yaitu: pertama, bahasa merupakan seperangkat bunyi. Bunyi itu bersistem dan dikeluarkan oleh alat bicara manusia; Kedua, hubungan antara bunyi bahasa dan objek (reference-nya) bersifat arbitrary, artinya hubungan antara bunyi dan wujudnya yang berupa benda atau konsep bersifat mana suka; Ketiga, bahasa itu bersistem has bahasa di dunia mi mempunyai sistem sendiri; Keempat, bahasa adalah seperangkat lambang. Lambang-lambang itu dapat dimengerti maknanya, apabila lambang tersebut berada dalam kawasan bahasa yang dipahami publik; dan Kelima, bahasa bersifat sempurna, bahasa membawakan amanat sebagai wahana komunikasi. Agar bahasa itu dapat bersifat sempurna, maka orang sering menambahkan unsur lain dalam bahasanya apakah berwujud gerakan tangan, pembahan mimik muka atau penambahan unsur supra segmental pada setiap ajarannya.
3. Hakekat Bahasa.
Pada hakekatnya bahasa itu adalah bunyi-bunyi yang bermakna, sebagai alat (instrumen) bersifat individual, dan bersifat komperatif. Bahasa merupakan bunyi-bunyi yang penuh arti, yang dimaksudkan untuk membedakan bunyi-bunyi yang terjadi yang tidak selalu mempunyai arti.

Yang dimaksud sebagai alat (instrumen), bahwa bahasa yang dikemukakan dapat menggantikan manusia yang mengueapkan bahasa itu. Bersifat individual maksudnya bahasa itu merupakan ajaran yang timbu dan masing-masing individu. Bersifat komperatif artinya dengan babasa yang diucapkan itu akan menimbtilkan saling kerjasama, memberi dan menenima.
4. Fungsi Bahasa
Secara substansial, dalam konteks kehidupan manusia, bahasa memiliki fungsi penting, yaitu: Pertama, sebagai alat komunikasi; dan Kedua, sebagai alat kebudayaan.
5. Peranan Bahasa
Sehubungan dengan peranan bahasa, setidaknya mencakup dua kawasan, yaitu peranan bahasa dalam masyarakat dan peranan bahasa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks kemasyarakatan, bahasa merupakan unsur penting bagi setiap individu yang hidup di muka bumi. Tanpa adanya bahasa tidaklah terdapat suatu komunikasi antara individu dengan individu serta dengan masyarakat luas. Bahasa sebagai unsur komunikasi antara masyarakat. Lebih-lebih, bahasa juga dapat dipergunakan sebagai penyampai gagasan seseorang.
Demikian halnya dalam konteks ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa merupakan alat komunikasi, digunakan baik secara lisan maupun tulisan. Semua penemuan bau dalam ilmu pengetahuan baik eksakta maupun sosial sening dihimpun dalam suatu laporan yang berbentuk buku, majalah atau media lainnya. Hal itu dimaksudkan agar pengetahuan tersebut dapat disebarluaskan. Dengan demikian bahasa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dipergunakan sebagai media pengembangan dan pendalaman ilmu pengetahuan dan teknologi. 6. Bahasa dun Ilmu: Suatu Korelasi
Seperti yang telah dijelaskan di muka bahwa salah saW ftingsi bahasa adalah sebagai alat kebudayaan. Sementara itu antara ilmu dan kebudayaan berada di posisi yang paling tergantung (interdependency) dan saling mempengaruhi (s/mb 105/5). Dengan demikian berarti antara bahasa dengan ilmu mempunyai hubungan yang sangat erat. Tanpa bahasa ilmu tidak dapat berwujud, terlebih berkembang, demikian juga sebaliknya, tanpa ilmu, bahasa tidak akan banyak mempunyai arti dalam kehidupan mi.
7. Sumbangan Bahasa dalam Pengembangan Ilmu
Bertolak dan berbagai kemungkinan bahwa manusia berpikir secara abstrak dimana objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol bahasa yang bersifat abstrak. Keabstrakkan dan sebuah simbol bahasa memungkinkan manusia untuk melakukan kajian lebih lanjut untuk memecahkan simbol-simbol itu. Dan watak kontiunitas itulab, diakui atau tidak, manusia mampu secara tidak angsung mengembangkan ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA
Encyclopedia of Knowledge, Vol. 12, Connecticut: Grolier Incorparted, it.

Gazalba, Sidi. Sistematika Filsafat II. Jakarta: Bulan Bintang, 1981.

Gie, The Liang. Fengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty, 1996.

Hadikusuma, Human. Bahasa Hukum Indonesia. Bandung. Alumni. 1992.

Kamil, R. Ag Teknik Membaca Text Book. Yogyakarta. Kanisius, 1984.

Lubis, Solly. Filsafat Ilmu dan Penelitian. Bandung: Mandar Maju, 1994.

Mathematics of Knowlwdge. Vol. 12.

Nugroho. Sendi-sendi Statistik, Jakarta: CV. Rajawali, 1982.

Parera, Joe Daniel. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga, 1991.

Pasaribu, Amudi.Pengantar Statistik Jakarta: Ghalia Indonesia, 1965.

Pateda, Mansur. Linguistik. Bandung: Angkasa, 1990.

Poespoprodjo. logica Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu. Bandung: Remadja Karya, 1987.

Sahakian, William S. dan M. Lewis Sahakian. Realism of Philosoph. Cambridge: Mass Sehenkarn, 1965.

Soekadijo, RG. Logika Dasar: Tradisional, Simbolikdan Induktf Jakarta: Gramedia, 1991.

Subagya, Pangestu dan Djarwanto. Statistik Deskriptif Jogiakarta: Bag. Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. Tth.

Sudarsono. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta, 1993
.
Suprapto, J. Statistik Teori dan Aplikasi : Ji/id I Jakarta: Erlangga, 1977.

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.

The Encyclopedia Americana. Vol: 18.Connecticut: Giolier Incorparated, 1992.

The New Book of Popular Science, Vol 1, tanpa kota: Grolier incorparted, 1981.

1 komentar: