Rabu, 01 September 2010

PARADIGMA BERFIKIR FILSAFAT ISLAM

Goresan : Sukrin Thaib

Abstrak
Mempelajari dan mencermati jalan pemikiran para filosof dengan meletakkannya sebagai pesan analisa untuk memecahkan masalah kehidupan yang berkembang dalam kehidupan konkrit. Sejarah pemikiran itu memang relevan dengan situasi dan kondisi yang kita hadapi, dan menelusuri butir-butir hikmah yang terkandung dalam ajaran agama, sebab agama merupakan sumber kebijaksanaan hidup manusia, tidak hanya untuk kepentingan duniawi, bahkan juga akhirat. Tulisan ini akan mengupas pemikiran tentang Hakekat Filsafat Islam dari pengertian historis, ontologi, epistimologi dan aksiologi.
Kata Kunci : Paradigma, Filsafat, Islam

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mempersoalkan hakikat dari segala yang ada. Kata filsafat atau falsafah dalam bahasa Arab berasal dari bahasa Yunani “Philosophis” yang secara harfiah bararti cinta kepada pengetahuan atau cinta kepada kebijakan.
Filsafat merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan perihal kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupam manusia, karena ia dapat menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak atas dasar kemanusiaan yang tinggi, bukan asal bertindak sebagaimana yang biasa dilakukan manusia.
Kebijakan tidaklah dapat dicapai dengan jalan biasa, ia memerlukan langkah-langkah tertentu, khusus, diistimewakan, diantaranya adalah dengan jalan membiasakan diri untuk bersikap kritis terhadap kepercayaan merefresikan secara teoritis norma-norma adat, khusus hukum, atau bahkan agama yang selama ini sudah kita yakini kebenarannya.
Mempelajari dan mencermati jalan pemikiran para filosof dengan meletakkannya sebagai pesan analisa untuk memecahkan masalah kehidupan yang berkembang dalam kehidupan kongkrit. Sejarah pemikiran itu memang relevan dengan situasi dan kondisi yang kita hadapi, dan menelusuri butir-butir hikmah yang terkandung dalam ajaran agama, sebab agama merupakan sumber kebijaksanaan hidup manusia, tidak hanya untuk kepentingan duniawi, bahkan juga akhirat.
Demikian kiranya yang mendasari Filsafat Agama yang lebih spesifik yakni filsafat Islam yang mengembangkan pembahasannya bertitik tumpuk pada ajaran agama Islam.

B. Permasalahan
Dari uraian di atas, maka permasalahan yang dapat di kemukakan adalah “bagaimana eksistensi Filsafat Islam sebagai suatu disiplin ilmu” dengan batasan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini meliputi :
1. Pengertian
2. Latar belakang historis
3. Ontologi, epistemologi dan aksiologi

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Islam
Sebelum diuraikan tentang pengeryian filsafat Islam maka terlebih dahulu di kemukakan secara umum tentang filsafat itu sendiri. Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophis, philos artinya suka cinta atau kecenderungan pada suatu, sedangakan sophis arti kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.
Orang yang cinta kepada pengetahuan atau kebijaksanaan disebut philosophis atau dalam bahasa Arab filosuf (filsuf). Pencinta pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya, atau orang yang mengabadikan hidupnya kepada pengetahuan. Orang yang pertama-tama memakai kata filsafat ialah Phitagoras yang hidup dalam abad ke – V SM., sebagai reaksi terhadap orang-orang cendekiawan pada masanya yang menanamkan dirinya “ahli pengetahuan”.
Ada pun beberapa defenisi filsafat antara lain ; (1) Haji Agus Salim ; Filsafat adalah pengetahuan yang bermakna mendalam dan nilai yang amat meninggi. Bermakna meninggi artinya pengetahuan yang sempurna, (2) Al-Farabi; Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya, (3) Descartes; Filsafat adalah kumpulan segala ilmu pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penelitiannya, (4) Aristoteles; Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi ; kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika ekonomi, politik, dan estetika.
Bakry SH, menyimpulkan bahwa filsafat ; ialah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam sehingga dapat dihasilkan pengetahuan tentang bagaimana sekap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengatahuan itu.Jadi, secara sederhana dapat dikatakan, filsafat adalah hasil kerja berpikir dalam mencari hakekat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan universal. Sedangkan filsafat Islam itu sendiri adalah hasil pemikiran filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis.
Muhammad ‘Athif al-‘Iraqy dalam bukunya. Al-Falsafah al-Islamiah sebagaimana dikutip Hasyimsyah Nasution, mengemukakan bahwa filsafat Islam secara umum ialah meliputi di dalamnya ilmu kalam, ilmu ushul fiqh, ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang diciptakan oleh ahli pikir Islam. Sedangkan pengertiannya secara khusus, ialah pokok-pokok atau dasar-dasar pemikiran yang dikemukakan para filosuf Islam.
Ibrahim Madkour memberikan batasan Filsafat Islam itu adalah pemikiran yang lahir dalam dunia Islam untuk menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat.
Sedangkan Ahmad Fuad al-Ahwani mendefinisikan Filsafat Islam sebagai pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran Islam.
Dengan demikian jelaslah bahwa filsafat Islam adalah hasil kerja berpikir para filsuf yang meliputi aspek-aspek ilmu yang terdapat dalam khazanah pemikiran ke-Islaman.

B. Latar Belakang Historis
Yang menjadi latar belakang historis filsafat Islam tidak terlepas dari perkembangan pemikiran Yunani di kawasan Timur Tengah. Sebagai akibat dari penaklukan yang dilakukan Alixander yang agung terhadap kawasan tersebut. Ia dapat menyusuri Arbila, sebelah timur Inggris pada tahun 331 yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Darius.
Kedatangan Alexander ke kawasan itu juga telah menimbulkan masa Hellenistik di Romawi pada masa itu filsafat Yunani tidak hanya di Yunani dan oleh bangsa Yunani asli, tetapi telah meluas sebagai warisan Yunani yang dikembangkan oleh orang-orang Romawi, dan oleh pemikir Mesir. Zaman ini di awali pada abad IV SM., sampai dan pertengahan abad VI M. di Romawi barat. Yang berpusat di Roma, dan Byzantium (Romawi Timur) samapi pertengahan abad VII M yang berpusat di Alexandria (Iskandariah) samapi abad VIII di Syria dan Irak pada sekolah-sekolah Edessa, Nissibis, dan Atioch. Dengan kata lain, sampai munculnya era filsafat Islam yang ditandai dengan masa penerjemahan lewah lembaga Baiat al-Hikmah di Baghdad.Pada abad VII M, perluasan wilayah Islam berlangsung sedemikian dahsyat memasuki Mesir, Syria, Nesopotaniah (Irak), dan Persia. Hal itu berarti dimulainya kontak antara Islam dan filsafat Yunani (juga sains). Karena filsafat Yunani telah masuk ke daerah ini bersamaan dengan penaklukan Alexander The Great dan Macedonia kawasan Asia dan Afrika Utara.
Jadi pemikiran filsafat masuk kedalam Islam yang kemudian menjadi filsafat Islam adalah melalui filsafat Yunani pada abad ke 8 M. atau abad ke 2 H. di Suryah, Mesopotamiah, Persia dan Mesir yang dimulai dengan menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat terutama pada masa dinasti Abbasiyah.
Ketika Harun al-Rasyid menjadi khalifah Abbasiyah pada tahun 786 M, pada zaman pemerintahannya menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab, mulai dilakukan. Melalui kegiatan penerjemahan itu para cendekiawan muslim dapat menguasai sebagai disiplin ilmu pengetahuan dan filsafat, dan mereka berusaha menambahkan kedalamnya. Hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran mereka dalam lapangan filsafat.
Singkatnya dapat di kemukakan bahwa lewat terjemahan yang dilakukan pada peradaban Islam itulah maka filsafat Yunani bias dibaca manusia sekarang ini.
Dengan demikian peninggalan filsafat Yunani dari Alexanderia yang agung yang tersebar di kawasan Timur Tengah itu telah mendorong masuknya pemikiran Yunani ke dalam Islam dengan jalan menerjemahkan karya-karya filsafat Yunani itu yang delanjutnya menjadi filsafat Islam.

C. Ontologi, Epistemologi, Aksiologi
Bidang utama filsafat termasuk filsafat Islam adalah : ontology (metafisika) epistemology dan aksiologi. Ketiga bidang ini dapat dipandang sebagai pola utama suatu bangunan dilsafal manakala kita ingin memahami visi filsafat seseorang atau suatu aliran.
Ketiga bidang tersebut dapat diuraikan secara singkat berikut ini :
1. Ontologi (metafisika)
Ontology atau selanjutnya disebut metafisika yang membicarakan tentang hal “ada”. Metafisika adalah filsafat pertama dan bidang filsafat yang paling utama karena ia merupakan hakikat apa yang diakji. Misalnya pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya ?
Bidang telaah filsafat yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat, termasuk pemikiran ilmiah. Diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur ke bintang, menembus galaksi dan awan gemawan, maka metefisika adalah landasan peluncurannya. Dunia yang seointas lalu kelihatan sangat nyata ini, ternyata menimbulkan berbagai spekulasi filsafati tentang hakekatnya.
Metefisika berusaha memfokuskan diri pada prinsip dasar yang terletak pada berbagai pernyataan atau yang di asumsikan melalui berbagai pendekatan intelektual. Detiap prinsip dinamakan “pertama”, sebab prinsip-prinsip itu tidak dapat dirumuskan ke dalam istilah lain atau melalui hal lain yang mendahuluinya. Sebagai contoh istilah prinsip pertama yang dipergunakan Aristoteles merupakan penjelasan mengenai alam semesta yakni “Penggerak yang tidak digerakkan”, dikatan menjadi sebab dari gerak tanpa dirinya digerakkan oleh hal ada yang lain, itu berarti istilah tersebut menjelaskan semua gerak, tetapi ia sendiri tidak membutuhkan penjelasan tentang dirinya sendiri.
Dapat disederhanakan apa yang menjadi kajian ontology atau metafisika untuk mencari dan menentukan hakekat dari apa yang dikaji, mesalnya tentang ilmu, maka pertanyaan yang muncul dalam bidang ontology adalah ; obyek apa yang ditelaah ilmu ? bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa dan mengindera) yang menumbuhkan pengetahuan ? pertanyaan tersebut merupakan landasan ontology atau metafisika.
2. Epistemologi
Bidang kedua adalah epistemology atau teori pengetahuan, atau cara memperoleh pengetahuan yang benar, obyrk material epistemology adalah pengetahuan sedang obyek formalnya adalah hakekat pengetahuan.
Persoalan-persoalan penting yang dikaji dalam epistemology berkisar pada masalah ; asal usul pengetahuan, peran pengetahuan dan akal dalam pengetahuan, hubungan pengetahuan dengan kebenaran, kemungkinan skeptisisme universal, dan bentuk-bentuk perubahan pengetahuan yang berasal dari konseptualisasi baru mengenai dunia. Semua persoalan tersebut di atas terkait dengan persoalan penting filsafat lainnya seperti : kodrat kebenaran, kodrat penyelaman dan makna.
Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada didalam pemikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan tak akan eksis. Oleh karena itu keterkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrati.
Pengetahuan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran. Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Pengetahuan biasa,
b. Pengetahuan ilmiah,
c. Pengetahuan Filsafati,
d. Pengetahuan agama.
Pengetahuan dipandang atas dasar criteria karakteristiknya dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Pengetahuan indrawi
b. Pengetahuan akal budi
c. Pengetahuan intutif
d. Pengetahuan kepercayaan.
3. Aksiologi
Aksiologi merupakan bidang ketiga filsafati yang membahas tentang masalah nilai atau nilai kegunaan ilmu. Istilah aksiologi artinya teori niali, penyelidikan mengenai kodrat, kritik dan status metafisik dari nilai.
Salah satu cabang aksiologi yang banyak membahas masalah nilai baik atau buruk adalah bidang etika. Etika mengandung pengertian :
a. Kata etika bias dipakai dalam arti nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya
b. Etika berarti kumpulan azas atau nilai moral, misalnya kode etika
c. Etika merupakan ilmu tentang yang baik atau yang buruk.
Secara etimologi, etika berasal dari kata Yunani ethos “watak”. Sedang moral berasal dari kata latin “mos”, bentuk tunggal. Sedangkan bentuk jamak mores “kebiasaan”. Istilah etika atau moral dalam bahasa Indonesia dapat diartikan kesusilaan.Obyek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia. Perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas. Obyek formal etika kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral dan tingkah laku secara tidak sadar dan tidak bebas tidak dapat dikenai penilaian bermoral atau tidak bermoral.
Jadi dalam kaitan dengan ilmu, aksiologi adalah landasan untuk apa ilmu digunakan. Dari uraian diatas, maka dapat penulis kemukakan secara singkat bahwa “ada”, adalah ontology (metafisika), bagaimana adalah bagian epistemology, dan untuk apa adalah lingkup aksiologi. Dengan demikian, metafisika (ontology), epistemology dan aksiologi merupakan cabang utama filsafat yag terkait dengan realitas kehidupan manusia, atau perkembangan filsafat Islam itu sendiri.

III. PENUTUP

Berdasarkan uraian terdahulu maka penulis dapat menarik kesimpulan dari pembahasan ini sebagai berikut :
  1. Filsafat, atau falsafah dalam bahasa Arab berasal dari bahasa Yunani Philosophis yang secara harfiah berarti cinta kepada pengetahuan atau cinta kepada kebijaksanaan.
  2. Pemikiran filsafat masuk kedalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum muslim pada abad ke 8 M. Di Suriah, Mesopotamia, Persia dan Mesir.
  3. Pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid, buku-buku ilmu pengetahuan yang berbahasa Yunani mulai diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Melalui kegiatan penerjemahan itu, maka cendekiawan muslim dapat menguasai ilmu yang selanjutnya dikembangkan oleh mereka.
DAFTAR PUSTAKA

A.Hanafi, MA, Pengertian Filsafat Islam,Jakrta; Bulan Bintang, 1969
Anshari, H. Endang S., MA., Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya., PT. Bina Ilmu, 1982
Bakry, H. Hasbullah, SH., Sistematika Filsafat, Jakarta, Wijaya, 1986
Blacborn, The Oxport Distionary of Philosophi, The Oxport for, University Press, 1994
Bertens, Kees, Etika, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1993
Ensiklopedi Islam, Cet. VI, Jakarta; PT. Ichtiar Baru, Van Hoeve, 1999
Nasution, Hasymsyah, Filsafat Islam, Cet. Islam, Jakarta ; Gaya Media Pertama, 1999
Nata, H. Abuddin, MA., Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, (Dirasyah Islamiyah IV), Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2001
Suriasumantri, Jujur S., Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta; Pustaka Sinar Harapan, 2001
Sormarjomo, Soejono, Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta Nurcahaya, 1987

Tidak ada komentar:

Posting Komentar